A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang di
lewati garis khatulistiwa, dan Indonesia termasuk ke dalam Negara tropis,
dimana hanya mempunyai 2 musim yaitu, musim hujan dan musim kemarau, dan sering
terjadi bencana alam di musim hujan dan musim kemarau, khususnya musim kemarau
sering terjadi kebakaran hutan yang terjadi di sumatera dan Kalimantan
yang di akibatkan, oleh lahan gambut
yang mudah terbakar,
akibatnya sering terjadi kabut asap dan mengganggu jarak pandang. Selain itu mengganggu aktivitas keseharian seperti terbatasnya
jarak pandang, kabut asap juga bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh.Bila
seseorang terpapar konsentrasi tinggi asap kabut yang mengandung komponen
berbahaya bisa menimbulkan berbagai gangguan pernapasan. Komponen asap bisa
terdiri dari uap hasil pembakaran, partikel dari bahan-bahan yang terbakar,
sampai komponen kuman.Banyak sedikitnya komponen yang terhirup tergantung pada
jarak dan durasi kabut asap. Pada orang yang tinggalnya dekat dengan sumber
pembakaran tentu konsentrasi kandungan berbahaya dalam asapnya lebih tinggi.
B. Standar Limbah
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam/hari/bulan. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan dan nilai estetika.
Berikut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan tentang Pedoman Teknis Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara No. KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 Tanggal 21 November 1997:
ISPU Ditetapkan Berdasarkan KEP-107/KABAPEDAL/11/1997, yaitu:
- Karbon Monooksida (CO): 8 jam (Periode pengukuran rata-rata)
- Sulfur Dioksida (SO2): 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
- Nitrogen Dioksida (NO2): 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
- Ozon Permukaan (O3): 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
- Partikel Debu (PM10): 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
C.
Realita Dilapangan
Kebakaran hutan di sumatera dan Kalimantan, diakibatkan karena
adanya factor alam karena lahan gambut di sekitar mudah terbakar, ada juga
oknum perusahaan yang membakar lahan tersebut untuk dijadikan lahan kelapa
sawit.
Kebakaran hutan di sumatera dan di Kalimantan memberikan dampak
yaitu :
Dampak Kesehatan :
-
Kabut Asap Menyebabkan
Iritasi mata,hidung dan tenggorokan, serta menyebabkan alergi Pernafasan
-
Kabut asat dapat
memparah kesehatan bagi yang mempunyai penyakit Asma dan penyakit paru-paru
lainnya.
-
Banyak hasil dari
kebakaran hutan mengenai makanan, jadi membuat makanan tidak higienis dan dapat
menimbulkan penyakit
-
Kabut asap menyebabkan
paru- paru jadi sulit bernafas
-
infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena
ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus penyebab
penyakit (agent) serta buruknya lingkungan (environment).
Dampak Ekonomi dan
lingkungan
-
Indonesia merugi
karena pariwisata menurun akibat terjadi kabut asap di sumatera dan Kalimantan
-
Riau mengalami
kerugian Rp. 7 triliun akibat terjadinya kebakaran hutan
-
Negara tetangga
Malaysia dan singapura terkena dampak asap yang menyebabkan banyak yg tidak
beraktifitas selama kabut asap dan merugikan kedua Negara tersebut.
Dampak Pendidikan
Banyaknya sekolah di riau di liburkan
akibat kebakaran hutan ini, dan juga Negara tetangga Malaysia yang terkena
dampak ikut meliburkan sekolahnya
Dampak Alam
Banyak hewan
langka yang seharusnya dilindungi mati akibat kebakaran hutan ini dan juga
banyak hewan buas pindah ke lingkungan penduduk dan menyerang penduduk sekitar.
D.
Kesimpulan.
Dari kesimpulan
yang bisa kami ambil dari kejadian yang terjadi di sumatera dan kalimatan
seharusnya kita bisa lebih sadar untuk menjaga alam ini, meskipun kejadian ini
bisa karena kejadian alam, tapi juga ada karena perbuatan manusia itu sendiri, banyak
sekali yang dirugikan dari kejadian ini dari segi ekonomi, segi alam, segi pendidikan,
segi kesehatan, dari pemerintah seharusnya bisa lebih tegas soal masalah ini
yang bertahun-tahun selalu terulang kembali bahkan tahun ini adalah dampak yg
paling besar, tapi kita tidak bisa semua menyalahkan pemerintah kita juga harus
sadar dari diri kita sendiri supaya tidak merusak alam, agar alam masih bisa
kita nikmati oleh anak cucu kita kelak.
0 komentar:
Posting Komentar