Sabtu, 15 November 2014

Tugas ISD pemuda dan sosialisasi



Nama : Reggi Okky Riswara
Kelas : 1IC10
NPM : 28414998

1.     Pemuda dan sosialisasi
1.1    Pengertian Pemuda
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya.
1.2    Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang menghayati (mendarahdagingkan – internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan tidak ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.
1.3    Internalisasi Belajar Dan Sosialisasi
Kedua kata atau istilah internalisasi dan Sosialisasi pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).
Internalisasi adalah perubahan dalam masyarakat. Sedangkan sosialisasi adalah suatu proses yang mempelajari tentang norma-norma masyarakat yang akan membentuk keperibadiannnya di lingkungan masyarakat. Jadi jika tidak adanya Internalisasi dan Sosialisasi di dalam lingkungan masyarakat, maka tidak akan ada perubahan dilingkungan itu.
1.4    Proses Sosialisasi
Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi di titikberatkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari.
Ada 2 teori proses sosialisasi yang paling umum digunakan, yaitu teori Charles H. Cooley dan teori George Herbert Mead.
Teori Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi antar manusia yang akan menghasilkan konsep diri (self concept). Proses pembentukan konsep diri ini yang kemudian disebut Cooley sebagai looking-glass self terbagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut.
” Seorang anak membayangkan bagaimana dia di mata orang lain.”
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi dan sering menang di berbagai lomba.
“Seorang anak membayangkan bagaimana orang lain menilainya.”
Dengan perasaan bahwa dirinya hebat, anak membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia merasa orang lain selalu memujinya, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini muncul akibat perlakuan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, orang tua selalu memamerkan kepandaiannya.
“Apa yang dirasakan anak akibat penilaian tersebut”
Penilaian yang positif pada diri seorang anak akan menimbulkan konsep diri yang positif pula.
Semua tahap di atas berkaitan dengan teori labeling, yaitu bahwa seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak di beri label “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai “anak nakal” sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, meskipun penilaian itu belum tentu benar




1.5 Permasalahan pada remaja dan Anak kecil
       Sering kita lihat banyak sekali banyak sekali anak remaja dan anak kecil sekarang berperilaku negative contohnya dalam percintaan banyak sekali anak remaja, yang berpacaran layaknya orang dewasa dan bahkan cenderung ke perilaku seks bebas, banyak sekali anak remaja sekarang yang sudah melakukan hubungan seksual padahal mereka belum cukup umur untuk berbuat hal seperti itu, itu disebabkan karena pengaruh dari melihat nonton porno, yg mereka lihat dari handphone atau pun di internet, dan juga pada saat mereka nonton tv, kebanyakan tv di Indonesia hampir semuanya film tentang bertemakan cinta, contohnya yaitu jelek-jelek seringgalak saya sedikit plesetkan , meskipun bercerita tentang serigala dan vampire tapi itu banyak sekali adegan yang tidak pantas untuk di pertontonkan seperti adegan sebut saja Diego dan sasa pacaran, itu sangat tidak pantas untuk di pertontonkan di depan public seperti itu, masalah berikutnya yaitu anak remaja yang mulai kurang aja kepada orang tua atau orang yang lebih tua, dan juga dalam beretika saat naik kendaraan, banyak sekali anak remaja yang masih tidak tau etika saat berkendara, contoh banyak anak remaja yg sudah naik kendaraan padahal belum cukup umur, dan juga banyak anak remaja pada saat berkendara naiknya melebihi muatan jadi naiknya bertigaan, dan masih ada anak yang berkendara sesuka hati, sering kebut-kebutan dijalan raya tanpa menggunakan alat keselamatan, selanjutnya banyak remaja yang udah merokok padahal mereka belum cukup umur untuk merokok dan hebatnya banyak remaja yang secara blak-blakan di tempat umum merokok.
1.6 Peranan orang tua dan masyarakat sekitar
      Peran orang tua dan masyarakat dengan kenakalan remaja yang semakin menjadinya kenakalan remaja yang akan dapat menghancurakan generasi muda Indonesia, ada baiknya sebagai orang tua memberi batasan pada anak pada saat menonton tv, dan juga menjaga anak saat membuka browser yang negative agar tidak terjadi perilaku seksual pada anak,orang tua juga harus memberikan perhatian lebih pada anak agar anak tidak mempunyai prilaku kriminalitas, sangat diperlukan juga peran masyarakat yang melihat perilaku remaja yang sudah melewati batas, ada baiknya menegur anak tersebut supaya tidak melakukan hal itu lagi.
       Sarana tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” warnet, playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif. Lebih baik orang tua memberikan kegiatan yang bermanfaat mengajak anak ke arena outbound agar anak lebih kreatif dan agar tau tentang alam.

Sumber referensi : http://yuvitatjhang.wordpress.com/2013/10/19/isd-bab-4-pemuda-dan-sosialisasi/